Artikel ini pernah di muat di Majalah InfoKomputer tahun 2000 bulan Februari dan Maret. Karena artikel cukup panjang maka oleh Majalah Infokomputer artikel aslinya dipecah menjadi dua bagian dan diterbitkan pada bulan yang berbeda.
Artikel tsb sempat menjadi hits waktu itu. Sampai-sampai Infokomputer membuat beberapa spanduk yang membentang di beberapa sudut jalan dekat kampus-kampus IT ternama. Tentu sebagai penulis saya sangat senang. Disamping terpilih dicantumkan dalam Cover Majalah, dan bahasan utama edisi itu, juga mendapatkan honor yang lumayan waktu itu. Hehe... 😋
Jangan bayangkan ISP zaman dulu sama dengan sekarang. Dulu customer yg langganan 384kbps sudah suatu kemewahan. Rata-rata langganan di 64kbps dan 128kbps. Youtube belum lahir saat itu, sehingga tidak diperlukan internet broadband. Kebanyakan chatting masih basis text. Dan aplikasi yang banyak di pakai adalah Email saja.
Yang sama adalah prinsip routing yang digunakan dari zaman awal internet mulai masuk ke Indonesia sampai sekarang (masih) sama saja, yaitu sama-sama menggunakan protokol BGP. Saat itu, ISP punya backbone ke AT&T ke US rata-rata di bawah 20 Mbps saja. Bahkan periode 1997 - 2000 itu masih banyak yang menggunakan AX.25 (Internet menggunakan Radio Orari) dengan speed 9.6 kbps sd 19.2 kbps.
Yang sama adalah prinsip routing yang digunakan dari zaman awal internet mulai masuk ke Indonesia sampai sekarang (masih) sama saja, yaitu sama-sama menggunakan protokol BGP. Saat itu, ISP punya backbone ke AT&T ke US rata-rata di bawah 20 Mbps saja. Bahkan periode 1997 - 2000 itu masih banyak yang menggunakan AX.25 (Internet menggunakan Radio Orari) dengan speed 9.6 kbps sd 19.2 kbps.
Tahun 1999 terjadi krisis ekonomi. Harga tukar rupiah terhadap dollar yg th 1996 Rp.3500 per USD jatuh sampai level Rp.16.000 per USD. Tahun 2000 banyak ISP yg colaps dan gulung tikar. ISP yang tersisa pun berhemat. Keluhan dari pelanggan mulai berdatangan waktu itu, Semua yang berlangganan dial-up, merasakan speed yang melambat. Apa yang terjadi? Ini menjadi pertanyaan orang yang umum kala itu.
Pada tahun-tahun tersebut harga sambungan kabel fiber optic ke Tier-1 sangat-sangat mahal. Pilihan yang cukup murah waktu itu adalah membeli bandwidth di Hongkong atau Singapore, via Satelit C-Band. Sewa transponder satelit bisa di bedakan besarnya uplink dan downlinknya. Jamak waktu itu ISP jika membeli downlink 10 Mbps, uplink 2 Mbps, total sewa 12 Mbps. Dalam case fiber optic, sewanya harus simetris (downlink 10 Mbps, otomatis diberikan uplink 10 Mbps), sehingga harganya sangat mahal.
Sebagai network engineers pada waktu itu sangat sulit mengetahui apa dan bagaimana jaringan ISP itu dibangun. Atas pengalaman membuat sebuah ISP tahun 1998 saya tuliskan artikel tsb. Dan tentu saja, banyak peminat Internet waktu itu sangat antusias untuk tahu, apa saja isi jeroan ISP. Artikel saya hadir waktu itu tepat waktu, untuk menjawab keingintahuan tsb.
Pada tahun-tahun tersebut harga sambungan kabel fiber optic ke Tier-1 sangat-sangat mahal. Pilihan yang cukup murah waktu itu adalah membeli bandwidth di Hongkong atau Singapore, via Satelit C-Band. Sewa transponder satelit bisa di bedakan besarnya uplink dan downlinknya. Jamak waktu itu ISP jika membeli downlink 10 Mbps, uplink 2 Mbps, total sewa 12 Mbps. Dalam case fiber optic, sewanya harus simetris (downlink 10 Mbps, otomatis diberikan uplink 10 Mbps), sehingga harganya sangat mahal.
Sebagai network engineers pada waktu itu sangat sulit mengetahui apa dan bagaimana jaringan ISP itu dibangun. Atas pengalaman membuat sebuah ISP tahun 1998 saya tuliskan artikel tsb. Dan tentu saja, banyak peminat Internet waktu itu sangat antusias untuk tahu, apa saja isi jeroan ISP. Artikel saya hadir waktu itu tepat waktu, untuk menjawab keingintahuan tsb.
Judul aslinya "Pengantar Jaringan ISP" oleh Majalah Infokomputer di ganti menjadi judul yang lebih "bombastis" yaitu "Membongkar Rahasia ISP Anda".
Tiga tahun kemudian, dengan bebererapa revisi, artikel tsb saya terbitkan kembali di situs Ilmukomputer.com.
Bagi Anda yang sudah kenal tentang BGP mungkin artikel ini "cemen". Dan ketahuilah orang-orang seperti Anda yang ahli dalam BGP itu tidak banyak di dunia ini (bahasa marketingnya "niche market" / ceruk pasar yang sempit). Tapi ketahuilah sebenarnya kalau Anda pintar "mengemas" sebuah pengetahuan, untuk di pasarkan ke masyarakat umum, potensi pasarnya besar ("mass market"). Karena masyarakat umum itu jumlahnya banyak. Perhatikan toko buku Gramedia atau Gunung Agung, yang laris bukan buku tentang hacking, namun pengetahuan umum, seperti buku "Pintar menggunakan Microsoft Word". Jika menulis hal yang rumit (seperti masalah hacking, atau virus komputer), pilihkan sudut pandang masyarakat kebanyakan. Sebagai contoh, tulisan "Cara Membuat Virus Komputer", ini bukunya tidak akan laris. Tapi kalau di ubah "Cara sederhana menghapus Virus Komputer", ini buku bakalan laku, karena mensasar masyarakat kebanyakan. Penulisan hal yang sulit (spt membuat Virus Komputer) dalam ragam bahasa masyarakat umum, pernah saya lakoni tahun 1994 sd 2000-an, dimana beberapa artikel saya dimuat di koran dan majalah skala nasional.
Dengan bahasa masyarakat awam / umum, tulisan-tulisan (walaupun topiknya berat) bisa laik tayang di koran maupun majalah waktu itu, dan atas penayangannya mendatangkan "side income".
Berikut adalah yang pernah menjadi hits di zamannya (awal tahun 2000), klik disini.
No comments:
Post a Comment